BERDO’A LEBIH UTAMA DALAM KEADAAN SUCI DARI HADAS

Pena Pengasuh



lebih utama jika saat berdzikir dan berdo’a dalam keadaan suci dari hadas.

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ).رواه مسلم).

“Bersuci adalah separuh dari keimanan” (HR Muslim I/203 no.233)

عَنِ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ ، أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَهُوَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ ثُمَّ اعْتَذَرَ إِلَيْهِ قَالَ :إِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ إِلا عَلَى طُهْرٍ أَوْ قَالَ : عَلَى طَهَارَةٍ )  رواه أبو داود(

Dari  Muhajir bin Qunnfudz, ia memberi salam kepada Nabi SAW ketika beliau sedang berwudhu, dan beliau tidak menjawab salamnya hingga selesai berwudhu. Kemudian beliau menjawabnya seraya mengatakan : “Tidak ada yang mencegahku untuk menjawab salammu, namun aku tidak suka menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan suci”  (HR. Abu Dawud. Disahihkan oleh al Albani).

Khusus bagi bagi wanita yang sedang “berhalangan” karena haid ataupun nifas dianjurkan tetap memperbanyak dzikir dan do’a kepada Allah SWT, bahkan diperbolehkan untuk melafadzkan ayat-ayat suci Al Qur’an.  Sebagaimana tersebut dalam hadis tentang menghadiri sholat ‘Ied dan hadis tentang haji bagi wanita yang sedang haid di bawah ini:

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ )رواه البخاري ومسلم (

Dari Ummu ‘Athiyah ia berkata: “Dahulu kami diperintahkan untuk keluar pada hari ‘Ied, sampai kami mengeluarkan gadis dari pingitannya dan wanita-wanita haid, mereka mengambil tempat dibagian belakang kaum pria, mereka bertakbir dengan takbir mereka, dan juga berdo’a dengan do’a mereka, mengharap keberkahan dan kesucian hari itu” (HR.Bukhari 971 dan Muslim 10 )

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ قَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ وَلَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلاَ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ قَالَتْ فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي )رواه البخاري(

Dari ‘Aisyah R.A, berkata: “Aku datang ke Mekkah sedangkan aku dalam keadaan haid dan aku belum thawaf di Ka’bah dan juga belum (sa’i) antara Shafa dan Marwa.” Aisyah berkata: “Maka aku adukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW,” lalu beliau bersabda: “Lakukanlah apa-apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji selain thawaf di Ka’bah” (HR.Bukhari. 971.)

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Maha suci Engkau Ya Allah, dan segala puji bagi-Mu.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.
Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu
الفقيرالى رحمة الله
ACHMAD FADLI FAUZI


Tags :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ikuti kami