Berjumpa dengan Sahabat Lama

Celoteh Santri

Sudah 30 tahun tidak berjumpa dengan sahabat lama, kemarin malam bertemu dengan suasana berbeda, keadaan yang lebih baik dari pada 30 tahun yang lalu. Hampir setiap hari Kyai kami selalu kedatangan tamu. Kemarin malam beliau kedatangan tamu spesial yang sudah lama tidak bertemu. Beliau berdua adalah sahabat lama Kyai kami yang beliau berdua merasa memiliki rasa balas budi karena pernah dibantu dan ditolong oleh kyai. Kyai sendiri sudah lupa dulu kebaikan apa yang pernah beliau lakukan terhadap kedua sahabat beliau.

Kyai selalu berpesan kepada kami dalam tausyiah dan ta’limnya untuk selalu berbuat baik kepada siapapun dan selalu berbuat kebaikan di muka bumi ini dimanapun. Melalui ceritanya masa lalu beliau ketika membangun pondok, masa-masa kuliah hingga kyai kami menikah, kami menjadi lebih banyak mengerti Sejarah Hidup Guru kami. 
Kemarin malam beliau sangat merasakan energi balas budi tersebut meskipun kyai tidak pernah mengharapkan pamrih atau imbalan ketika membantu dan menolong orang-orang terdekatnya dan orang-orang sekitarnya. Berawal dari sahabat kyai yang 30 tahun tidak berjumpa mendengar kabar kyai kami masuk di dalam bursa calon wakil wali kota Yogyakarta, sahabat kyai bersedia akan membantu mensukseskan hajat kyai kami dengan mengumpulkan masanya.
“Alhamdulillahirabbil’alaamiin… ini buah kebaikan yang dulu kyai tanam, dan sekarang kyai memanennya” kata kyai kami. 
Pepatah yang berbunyi “Sopo sing nandur, mesti manen” (Siapa yang menanam, ia pasti mengunduhnya). Jika kita menanam kebaikan, Insya Allah kita akan mendapat kebaikan pula. Begitupun sebaliknya, seperti hal seseorang menanam padi akan tumbuh rerumputan di sekitarnya. Tapi jika yang ditanam rumput, tidak akan tumbuh tanaman padi. Itulah pesan dari kyai kami. Jadi orang baik dan selalu melakukan kebaikan dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Kami akan selalu mengingat pesan ini Kyai ^_^

Tags :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ikuti kami